“Jika belum bertemu, orang asing selamanya akan tetap asing”. Kataku, satu ketika di bulan Oktober 2017. Sensasi ketika bertemu orang baru yang membuat perut mulas, jantung dag dig dug tidak karuan. Padahal sama2 manusia. Bayangan seperti itu yang membuatku enggan untuk berkenalan atau bergabung dengan suatu komunitas.
Parahnya lagi, saat aku harus berkumpul diantara orang2 lain yang sudah saling kenal, dan aku menjadi objek ter-asing. Neraka dunia buatku. Sangat menakutkan. Seperti kancil yang dilepas di kandang macan. Keadaan paling kritis, bahkan lebih menakutkan dari sidang KTI.
Akan tetapi, waktu dan pengalaman membuktikan bahwa mimpi dan pemikiran terus berkembang (ke arah lebih baik, tentunya). Salah satu dari jutaan hal baik yang diberikan alam padaku adalah, bertemu manusia baru tidaklah se-menakutkankan seperti sebelumnya, walau sensasi dagdigdug masih ada. Justru sebaliknya, semakin banyak pelajaran hidup yang baru kutemui. Terimakasih, semesta.
Sama seperti salah satu fotoku yang ini. Diambil oleh orang yang awalnya tidak ku kenal. Ya, orang asing. Namun setelah mengenal lebih banyak insan yang ada di bumi, melihat banyak orang dengan sifat yang berbeda – beda membuatku semakin ingin berkenalan dengan lebih banyak orang lagi.
Sebenernya kalo itu muka nggak usah nengok dan madep ke depan aja, akan menambah rasa dramatis dalam sebuah foto. Tapi apa daya, rasa “sadar kamera” yang sudah kelebihan dosisnya ini lebih mendominasi. Secara tidak sadar, setiap lihat kamera pasti aku langsung noleh.
Siapa yang rindu Rinjani? Foto ini diambil saat merayapi puncak Plawangan Senaru, jalan menuju pulang. Padahal, sudah sangat diniati sebelum mendaki bahwa pulang akan lewat Torean. Iya, si cantik yang bukan milik sembarang orang. Siapa yang tidak tergiur dengan pesona Torean coba. Bahkan kami sengaja mencari porter yang paham betul jalur Torean.
Namun apadaya, kami ini terlalu pengecut untuk mengambil resiko. Jadilah kami merambati jalur Senaru. Antara lega dan bangga, karena berhasil menekan ego. Apa pendapatmu tentang jalur ilegal atau pun daerah konservasi?