Metode pendidikan Montessori memiliki beberapa perbedaan kunci dibandingkan dengan pendekatan pendidikan konvensional atau mainstream. Perbedaan ini terutama berkaitan dengan filosofi, struktur lingkungan belajar, peran guru, dan pendekatan terhadap perkembangan anak. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara pendidikan Montessori dengan metode pendidikan lainnya:
1. Filosofi Pembelajaran
Pendidikan Montessori didasarkan pada filosofi bahwa setiap anak memiliki potensi unik yang perlu dikembangkan secara alami. Dr. Maria Montessori percaya bahwa anak-anak secara alami ingin belajar dan berkembang, dan lingkungan harus memfasilitasi eksplorasi bebas mereka. Pendekatan ini berbeda dengan pendidikan tradisional yang sering kali lebih terpusat pada pengajaran langsung dan kurikulum yang seragam untuk semua siswa.
2. Lingkungan Belajar
Lingkungan dalam pendidikan Montessori didesain untuk memberikan kebebasan kepada anak-anak dalam mengeksplorasi dan belajar secara mandiri. Ruang kelas Montessori dilengkapi dengan berbagai jenis alat dan bahan pembelajaran, yang disusun sedemikian rupa untuk merangsang minat dan pemahaman mendalam. Anak-anak diberi kebebasan untuk memilih bahan belajar dan menentukan jalannya aktivitas mereka sendiri, sementara dalam pendidikan tradisional, siswa sering mengikuti struktur pembelajaran yang ditentukan oleh kurikulum nasional atau lokal.
3. Peran Guru
Peran guru dalam pendidikan Montessori berbeda dengan pendekatan konvensional. Guru Montessori tidak hanya mengajar, tetapi juga bertindak sebagai pengamat yang sensitif terhadap kebutuhan dan minat setiap anak. Mereka memberikan bimbingan individual dan mendukung, serta menyesuaikan pendekatan pembelajaran mereka sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masing-masing siswa. Guru tidak mendominasi proses belajar tetapi berfungsi sebagai fasilitator yang membantu membangun lingkungan belajar yang mendukung.
4. Pendekatan Terhadap Pengembangan Anak
Pendidikan Montessori menekankan pengembangan holistik anak, termasuk aspek fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Selain keterampilan akademis seperti membaca, menulis, dan matematika, anak-anak juga diajarkan keterampilan sosial seperti kerjasama, komunikasi efektif, dan penyelesaian konflik. Pendekatan ini bertujuan untuk membentuk individu yang seimbang dan mandiri dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.
5. Evaluasi dan Penilaian
Di dalam metode Montessori, penilaian cenderung lebih berfokus pada pengamatan yang holistik terhadap perkembangan anak, bukan hanya pada tes dan ujian tertulis. Guru Montessori menggunakan pengamatan langsung terhadap aktivitas anak, interaksi sosial, dan kemajuan akademis untuk mengevaluasi kebutuhan pendidikan mereka. Pendekatan ini berbeda dengan penilaian tradisional yang sering mengandalkan tes standar untuk mengukur kemajuan siswa.
6. Penghargaan Terhadap Individualitas
Pendidikan Montessori mengakui dan menghormati keunikan setiap anak sebagai pembelajar. Ini tercermin dalam pendekatan terhadap pembelajaran yang memungkinkan anak untuk belajar sesuai dengan kecepatan mereka sendiri dan mengeksplorasi minat mereka sendiri. Pendekatan ini memungkinkan anak untuk merasa dihargai dan termotivasi dalam proses belajar mereka.
7. Pendidikan Seumur Hidup
Metode Montessori memandang pendidikan sebagai proses seumur hidup yang dimulai sejak dini. Anak-anak diajarkan untuk menjadi pembelajar aktif yang selalu ingin tahu dan siap untuk mengeksplorasi dunia dengan rasa ingin tahu yang terus menerus. Pendekatan ini membantu mempersiapkan anak-anak untuk menjadi individu yang mandiri dan berkembang dalam masyarakat yang terus berubah.